Untuk kamu yang baru mulai terjun ke dunia investasi, memahami berbagai gaya investasi bisa jadi langkah pertama yang penting. Setiap gaya punya karakteristik dan tingkat risiko yang berbeda, jadi kamu bisa memilih yang paling sesuai dengan profil dan tujuan keuanganmu.
Yuk, kenali lebih dekat berbagai strategi investasi yang cocok untuk pemula berikut ini!
Baca juga: 10 Gaya Hidup Modern yang Menarik dan Bisa Kamu Coba
Gaya Investasi Untuk Pemula
Sebagai pemula, mengenali beragam strategi investasi membantu kamu menentukan pendekatan yang tepat sesuai kenyamanan dan tujuan finansialmu. Mulai dari yang berisiko rendah hingga yang lebih menantang, tiap gaya investasi punya keunggulan tersendiri.
Simak beberapa pilihan pendekatan investasi yang bisa jadi titik awal bagi perjalanan investasimu berikut ini:
Baca juga: 10 Daftar Saham Bank di Indonesia yang Cocok Untuk Investasi
1. Growth investing
Growth investing adalah gaya investasi yang cocok untuk kamu yang suka melihat potensi jangka panjang dari suatu aset. Tujuannya adalah untuk mengembangkan modal secara signifikan dengan memilih perusahaan atau pasar yang diprediksi akan tumbuh pesat.
Gaya ini berfokus pada aset-aset yang diharapkan akan naik nilainya melebihi rata-rata. Namun, investasi pertumbuhan juga datang dengan risiko tinggi. Biasanya, perusahaan yang dipilih masih dalam tahap berkembang dan belum memiliki banyak rekam jejak.
Artinya, ada potensi pengembalian besar, tapi juga peluang untuk mengalami kerugian. Meski begitu, banyak growth investor rela mengambil risiko ini karena mereka melihat peluang keuntungan yang besar sejalan dengan risiko yang tinggi.
2. Value investing
Value investing adalah gaya investasi untuk kamu yang suka “berburu diskon” di pasar saham. Prinsip dasarnya adalah mencari saham yang tampaknya diperdagangkan di bawah nilai sebenarnya, alias “underpriced.”
Walau harga wajar saham ini agak subjektif, petunjuk yang sering digunakan adalah ketika nilai pasar perusahaan lebih rendah dari nilai bukunya (total aset dikurangi kewajiban). Rasio price to book (PBV) biasa digunakan dalam gaya investasi ini.
Investor terkenal seperti Lo Kheng Hong adalah contoh sukses investor yang menggunakan gaya value investing.
3. Contrarian investing
Contrarian investing cocok buat kamu yang suka mengambil langkah berbeda dari kebanyakan orang. Gaya ini menantang sentimen pasar saat ini dengan memilih aset yang sedang tidak dilirik atau bahkan dihindari oleh investor lain.
Pendekatan ini bisa diterapkan pada saham tertentu, industri, hingga seluruh pasar. Mirip dengan value investing, contrarian investing juga berfokus pada saham-saham yang dinilai terlalu rendah.
Namun, perbedaannya ada pada timing dan kondisi: contrarian investor mengambil peluang saat banyak orang justru menjauh. Mereka percaya bahwa pasar sering kali bereaksi berlebihan hingga membuat harga aset terlalu murah atau mahal.
Contoh paling dikenal adalah Warren Buffett, yang sering mengambil langkah di luar arus utama investor. Gaya ini berisiko karena kamu perlu punya keyakinan tinggi bahwa harga akan berbalik dan memberi keuntungan di masa depan.
Baca juga: 15 Daftar Saham Syariah Terbaru 2024: Bisa Bikin Cuan dan Berkah!
4. Quality investing
Quality investing adalah pendekatan untuk memilih perusahaan yang secara finansial sehat dan stabil. Perusahaan-perusahaan ini biasanya memiliki laba besar, neraca keuangan yang kuat, dan cenderung terus berinvestasi untuk memperkuat bisnis mereka.
Artinya, investor dengan gaya quality investing berfokus pada pertumbuhan jangka panjang dan cenderung lebih stabil di tengah fluktuasi pasar. Meski demikian, tetap perlu diingat bahwa kinerja masa lalu bukanlah jaminan untuk hasil di masa depan.
5. Income investing
Income investing adalah pilihan tepat kalau kamu mencari pengembalian yang stabil dan dapat diandalkan. Gaya ini berfokus pada aset-aset yang secara konsisten memberikan pendapatan, seperti saham yang membayar dividen, obligasi, reksa dana pendapatan, hingga properti yang menghasilkan sewa.
Pendekatan investasi ini umumnya memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan jenis investasi lain. Tak heran, biasanya mereka yang sudah kaya atau mendekati masa pensiun memilih untuk menggunakan gaya ini.
Jadi, alih-alih mencari pertumbuhan modal yang cepat, investor jenis ini lebih fokus pada aliran pendapatan yang stabil dari investasi mereka.
6. Momentum investing
Momentum investing adalah strategi investasi yang cocok kalau kamu suka mengikuti tren pasar. Strategi ini didasarkan pada anggapan bahwa saham yang harganya naik akan terus naik dalam waktu dekat.
Investor momentum membeli saham saat harganya sedang naik dan menjualnya ketika tren mulai berbalik. Tujuannya adalah memaksimalkan keuntungan selama tren berlangsung, sebelum pasar mengalami koreksi.
Gaya ini mirip dengan growth investing karena fokus utamanya pada pergerakan harga saham, tanpa terlalu memikirkan kondisi keuangan perusahaan.
7. Low volatility investing
Low volatility investing adalah gaya investasi yang fokus pada saham atau aset dengan fluktuasi harga yang stabil. Tujuannya adalah mengurangi risiko dengan memilih saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan ekonomi.
Saham-saham ini sering berasal dari sektor kebutuhan pokok konsumen, seperti perusahaan yang menjual produk sehari-hari, barang yang tetap dibutuhkan, bahkan saat ekonomi sedang lesu.
Karena pendapatan perusahaan ini cenderung stabil dalam berbagai kondisi, saham-sahamnya menarik bagi investor yang mencari keamanan dan menghindari risiko besar. Low volatility investing cocok untuk kamu yang mengutamakan stabilitas dan ingin menghindari gejolak pasar yang besar.
8. Dividend investing
Dividend investing adalah strategi yang cocok kalau kamu ingin penghasilan pasif dari investasi tanpa perlu menjual saham. Gaya ini berfokus pada saham dari perusahaan yang secara rutin membayar dividen tinggi.
Dengan begitu, kamu bisa menikmati aliran pendapatan yang stabil hanya dari dividen, tanpa mengurangi nilai pokok investasimu.
Keuntungan dari strategi ini adalah kamu tetap mendapatkan penghasilan sambil mempertahankan saham.
Baca juga: 20 Saham Dividen Tertinggi 2024: Ada BBCA, ADRO, dan UNTR !
Namun, ada juga kekurangannya, karena perusahaan yang membayar dividen tinggi sering kali sudah lebih mapan, potensi pertumbuhan harga sahamnya mungkin tidak sebesar saham-saham dari perusahaan yang lebih muda atau agresif. Kamu juga perlu hati-hati terjebak dividen trap yang sering kali terjadi pada investor pemula.
Apa Gaya Investasi Favoritmu?
Nah, itu dia beberapa gaya investasi untuk pemula yang sangat populer di kalangan para investor. Jadi, mulai dari growth investing, value investing, growth investing, sampai dividend investing, mana nih pendekatan investasi yang menjadi favoritmu?
Yuk, lanjut baca tulisan seputar keuangan lainnya dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti di blog cerdascuan.com sekarang juga!