Masih ingat dengan tren batu akik atau tanaman janda bolong? Nah, itu adalah salah satu contoh monkey business yang sempat menjadi tren di Indonesia. Jika kamu tertarik untuk memahami jenis bisnis ini lebih lanjut, yuk, simak penjelasan berikut ini!

Baca juga: Apa Itu Hedonisme? Pengertian, Contoh, dan Cara Mengatasinya

Monkey Business

Monkey business adalah istilah untuk strategi bisnis kotor yang merugikan orang lain demi keuntungan pribadi. Istilah ini dianalogikan dengan monyet karena pelaku biasanya kabur begitu saja setelah mendapatkan apa yang diinginkan.

Strategi semacam ini kerap berhasil karena memanfaatkan pola pikir seperti keinginan cepat kaya tanpa usaha keras atau kelengahan dalam menilai risiko. Istilah ini berakar dari kata “monkeyshine” yang berarti perbuatan buruk dan pertama kali muncul pada tahun 1832.

Pada tahun 1884, istilah “monkey business” dipopulerkan dalam buku Bad Boy karya W. Peck. Seiring waktu, istilah ini identik dengan praktik bisnis curang yang merugikan banyak pihak.

Baca juga: 8 Gaya Investasi Untuk Pemula yang Bisa Kamu Coba!

Ciri-Ciri Monkey Business

Bisnis monyet sering kali hadir dalam bentuk yang tampak menguntungkan, namun sebenarnya menyimpan jebakan. Berikut ini adalah ciri-ciri monkey business khas yang bisa kamu kenali agar tidak mudah terperdaya.

1. Barang atau Komoditas Tidak Berkelanjutan

Monkey business biasanya menawarkan barang atau komoditas yang sifatnya musiman atau mengikuti tren tertentu. Contohnya adalah barang langka, unik, atau bahkan peluang investasi yang sedang ramai dibicarakan seperti batu akik, tanaman janda bolong, dan aplikasi trading fiktif.

Sayangnya, barang-barang ini jarang memiliki relevansi jangka panjang karena tidak termasuk dalam kebutuhan primer. Begitu tren berakhir, barang tersebut kehilangan nilai dan daya tariknya, membuat banyak korban terjebak dengan sesuatu yang tidak berguna.

2. Nilai Barang Sangat Tidak Stabil

Karena barang yang ditawarkan dalam monkey business bukanlah sesuatu yang dibutuhkan sehari-hari, perputaran nilainya pun sangat tidak stabil. Harga barang atau investasi ini bisa melonjak tajam dalam waktu singkat, namun tiba-tiba anjlok tak lama kemudian.

Fenomena seperti ini sering disebut sebagai bubble economy, di mana nilai barang meningkat secara tidak realistis hingga akhirnya “meletus” dan merugikan banyak pihak.

3. Janji Keuntungan Instan

Salah satu ciri paling mencolok dari bisnis monyet adalah janji keuntungan besar dalam waktu singkat. Misalnya, skema investasi online yang menjanjikan laba lebih dari 70% hanya dalam satu bulan.

Tawaran seperti ini sering kali terdengar menggiurkan, tapi pada kenyataannya hampir mustahil tercapai, apalagi jika bisnis tersebut baru saja muncul. Janji seperti ini biasanya hanya strategi untuk menarik sebanyak mungkin korban.

4. Tidak Ada Jaminan yang Jelas

Monkey business sering kali tidak memberikan jaminan atas barang atau investasi yang mereka tawarkan. Kalaupun ada, jaminan tersebut biasanya hanya kedok.

Sebagian besar skema ini menggunakan model ponzi, di mana keuntungan awal diberikan untuk menarik kepercayaan. Namun, setelah korban menanamkan modal lebih besar, uang mereka akan dibawa kabur oleh pelaku.

Baca juga:  Skala Prioritas Kebutuhan: Pengertian dan Cara Membuatnya!

Cara Menghindari Monkey Business

Monkey business memang sering menggoda dengan janji-janji manis, tapi kamu bisa menghindarinya dengan langkah-langkah berikut:

1. Jangan Mudah Tergiur Keuntungan Besar

Janji keuntungan berlipat dalam waktu singkat adalah umpan utama dari bisnis monyet. Jangan mudah terjebak dengan tawaran semacam ini.

Pelaku biasanya akan menarik perhatian korban dengan angka profit yang tampak fantastis, tapi begitu korban menyerahkan uangnya, mereka akan kabur tanpa jejak. Jadilah bijak dan realistis dalam menilai potensi keuntungan.

2. Lawan Rasa FOMO (Fear of Missing Out)

Bisnis monyet sering memanfaatkan rasa FOMO. Ketika tren seperti batu akik atau barang unik lainnya sedang populer, banyak orang rela membayar mahal tanpa mempertimbangkan nilai sebenarnya.

Jangan sampai rasa ingin ikut-ikutan membuatmu mengambil keputusan yang merugikan. Pastikan setiap keputusanmu berdasarkan kebutuhan, bukan sekadar mengikuti arus.

3. Pelajari Cara Bisnis Menghasilkan Keuntungan

Sebelum terlibat dalam bisnis atau investasi apa pun, pastikan kamu memahami cara bisnis tersebut bekerja dan menghasilkan keuntungan. Analisis mekanismenya dengan cermat untuk memastikan semuanya masuk akal.

Jangan hanya fokus pada hasil yang dijanjikan, tapi pahami proses di baliknya. Jika ada sesuatu yang terasa janggal atau terlalu bagus untuk jadi kenyataan, itu bisa jadi tanda bahaya.

4. Hindari Transaksi dengan Barang-Barang Tidak Wajar

Barang yang tidak umum atau hanya bernilai saat tren tertentu adalah ciri khas bisnis monyet. Komoditas seperti ini sering kali mengalami kenaikan harga secara drastis, tapi nilainya bisa anjlok dalam sekejap. Jangan terjebak dalam transaksi semacam ini, berapa pun tingginya harga yang ditawarkan.

5. Pastikan Legalitas Sebelum Bertransaksi

Selalu cek legalitas lembaga atau bisnis sebelum menyerahkan uangmu. Monkey business biasanya tidak memiliki izin resmi, sehingga sulit untuk dimintai pertanggungjawaban jika terjadi masalah.

Dengan memeriksa legalitas, kamu bisa memastikan perlindungan hukum yang lebih baik sebagai konsumen. Jika sesuatu tampak mencurigakan, jangan ragu untuk meninggalkannya.

Baca juga:  Apa Itu Kreditur? Pengertian, Jenis, dan Cara Kerja Mereka!

Sudah Paham Apa Itu Monkey Business?

Nah, itu dia penjelasan lengkap soal apa itu monkey business mulai dari pengertian, ciri-ciri, dan juga cara menghindarinya. Dari sekian bisnis monyet yang sempat menjadi tren di Indonesia, apa nih yang paling kamu ingat?

Yuk, lanjut baca tulisan seputar keuangan lainnya dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti di blog cerdascuan.com sekarang juga!